
Oleh: Ikhsan Tualeka (Pegiat Perubahan Sosial)
Pendakian ke Carstensz Pyramid (4.884 mdpl) selalu menghadirkan cerita yang tak terlupakan. Seperti yang saya alami di penghujung tahun lalu.
Salah satu bagian paling mendebarkan dari perjalanan ini adalah saat melintasi tyrolean traverse—jembatan tali sepanjang 50 meter yang menggantung di antara dua patahan tebing.
Jika Anda pernah mendaki Carstensz sejak pertengahan 90-an, kemungkinan besar Anda telah melewati bagian ini. Namun, bagi yang belum pernah, pengalaman ini bisa disaksikan melalui berbagai video di YouTube yang menggambarkan sensasi menegangkannya.
Tyrolean traverse ini bukan sekadar lintasan biasa. Ini adalah ujian keberanian dan keterampilan yang harus dihadapi setiap pendaki sebelum mencapai puncak.
Dengan jurang sedalam 600 meter yang menganga di bawah, hanya mereka yang memiliki adrenalin tinggi dan mental baja yang bisa melintasinya tanpa rasa gentar. Jika cuaca cerah, pemandangan jurang yang terlihat jelas justru bisa membuat nyali menciut.
Sejarah Tyrolean Traverse di Carstensz Pyramid
Awalnya, tyrolean traverse ini dibuat oleh Rob Hall pada tahun 1994. Hall merupakan pendaki legendaris dari Adventure Consultants, sebuah perusahaan pemanduan pendakian global yang berbasis di Selandia Baru.
Bersama timnya, ia datang ke Indonesia dan didampingi oleh Ripto Mulyono dari Trekmate Adventure Indonesia untuk menuntaskan proyek Seven Summits.
Sayangnya, dua tahun setelah keberhasilannya menaklukkan Carstensz, Rob Hall meninggal dunia saat mendaki Everest pada tahun 1996—sebuah kisah yang diabadikan dalam film Everest yang sempat tayang di Netflix.
Pada tahun 2007, tyrolean traverse ini diperbaiki kembali oleh Franky Kowaas bersama tim pemandu gunung dari Manado. Perbaikan ini semakin mempermudah pendaki dalam menyeberangi patahan tebing, dibandingkan metode lama yang jauh lebih menguras energi.
Dulu vs Sekarang: Perubahan Teknik Pendakian
Sebelum adanya tyrolean traverse, para pendaki harus menggunakan teknik yang lebih rumit dan menantang. Mereka harus melakukan rappelling sekitar 20 meter ke sisi selatan Carstensz, berjalan melewati celah sempit, lalu melakukan rock climbing untuk mencapai punggungan menuju puncak.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi