Nelayan Wetar Raup Penghasilan Pasti dari Pasokan Ikan ke Perusahaan Tambang
 
						potretmaluku.id – Nelayan di Pulau Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya, merasakan dampak positif dari skema kerja sama pasokan ikan dengan perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah tersebut.
Skema ini tidak hanya memastikan pasokan bahan makanan segar bagi karyawan, tetapi juga membuka peluang pendapatan yang lebih stabil bagi komunitas nelayan lokal.
Dua anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MCG), PT Batutua Kharisma Permai (BKP) dan PT Batutua Tembaga Raya (BTR), menjalin kerja sama dengan Yayasan Ama Kefe di Desa Uhak dan Yayasan Ina Rifa di Desa Lurang.
Melalui mekanisme ini, hasil tangkapan nelayan seperti ikan batu-batu dan tuna secara rutin disuplai ke pihak katering perusahaan.
Inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan BKP dan BTR dalam mendukung kesejahteraan masyarakat pesisir di sekitar wilayah operasi mereka.
General Manager Operation BKP–BTR, Jimmy Bob Suroto, menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat ini adalah bagian dari implementasi Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) sesuai amanat pemerintah.

“Kami tetap menghormati dan memberikan dukungan kepada para nelayan lokal agar mereka bisa terus berusaha dan memperoleh penghasilan yang layak,” kata Jimmy.
Ia menambahkan bahwa bantuan dan kerja sama yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan operasional perusahaan.
“Ketika jumlah karyawan meningkat, permintaan pasokan ikan juga naik. Namun jika aktivitas produksi menurun yang berdampak adanya efisiensi pekerja, maka pembelian ikan sementara disesuaikan sampai kondisi kembali stabil.”
Samuel Moses, salah satu nelayan dari Desa Uhak, mengaku sangat terbantu dengan adanya kerja sama tersebut. “Dengan adanya kerja sama melalui dua Yayasan tersebut, kami para nelayan bisa mendapatkan penghasilan yang lebih pasti.
Hasil tangkapan seperti ikan batu-batu dan tuna kami jual langsung ke pihak katering perusahaan,” ujar Samuel saat ditemui di Pantai Gresel, Desa Lurang, Kecamatan Wetar Utara, Senin (27/10/2025).
Ia menambahkan, proses pembelian dari perusahaan berlangsung jelas dan cepat. “Kalau kuota tangkapan sudah terpenuhi, kami bisa langsung melakukan penimbangan ke pihak BKP–BTR melalui katering. Jadi prosesnya jelas dan cepat,” tambahnya.
Senada dengan Samuel, Randi Frans, nelayan asal Desa Lurang, mengungkapkan rasa syukurnya. Ia menilai harga ikan yang dibeli perusahaan cukup baik dan membantu menambah penghasilan keluarga.

“Dari hasil penjualan ikan ke perusahaan, kebutuhan sehari-hari kami bisa terbantu. Kami berharap BKP–BTR tetap ada di sini untuk menghidupkan banyak orang,” tutup Randi.
Mengenai insiden patahnya tongkang di tepian Pantai Kali Kuning beberapa waktu lalu, Randi menegaskan hal itu tidak mempengaruhi aktivitas melautnya.
“Dengan adanya insiden patah tongkang itu, sama sekali tidak mengganggu kegiatan kami untuk melaut. Saya tetap melaut seperti biasa,” ujarnya.
Meskipun demikian, ia mengakui bahwa jika pembelian dari perusahaan dibatasi karena kondisi tertentu, nelayan tetap bisa menjual hasil tangkapan ke masyarakat atau mengirim ke daerah terdekat seperti Kupang dan Alor.
Komitmen perusahaan dalam memperkuat ekonomi masyarakat lokal melalui skema supply ikan lokal ini menjadi bukti nyata sinergi antara industri pertambangan dan sektor perikanan rakyat.
Program pasokan ikan melalui Yayasan Ama Kefe dan Ina Rifa diharapkan terus berlanjut sebagai bagian dari upaya berkelanjutan membangun kesejahteraan dan kemandirian masyarakat pesisir di Pulau Wetar.(TIA)
IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Penulis     : Redaksi 
 Editor       : Redaksi
 
				 
					


