
Oleh : Sitnah Aisyah Marasabessy, ST.MT. (Dosen Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Darussalam Ambon)
Maluku sebagai salah satu provinsi kepulauan di Indonesia, dikenal memiliki potensi perikanan laut yang melimpah
Namun, terjadi paradoks ketika masyarakat setempat justru mengalami kesulitan mendapatkan ikan dalam jumlah yang cukup dengan harga yang terjangkau di pasar tradisional. Sementara di daerah lain seperti Cilegon, Surabaya, Makassar, Maros, dan Kabupaten Bone, ikan tersedia melimpah setiap hari dengan harga yang relatif murah. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang faktor-faktor penyebab ketidaksesuaian antara potensi produksi ikan di Maluku dan ketersediaannya bagi masyarakatnya”
Potensi Perikanan Laut Maluku dalam Angka
Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Maluku termasuk dalam tiga besar provinsi dengan potensi perikanan laut terbesar di Indonesia. Dengan luas wilayah laut mencapai 658.295 km², Maluku memiliki Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 714 dan 715, yang merupakan daerah tangkapan ikan strategis dengan hasil laut yang berlimpah. Potensi sumber daya ikan di wilayah ini diperkirakan mencapai 4,6 juta ton per tahun, dengan tingkat pemanfaatan sekitar 30-40% dari total potensi.
Statistik perikanan menunjukkan bahwa pada tahun 2023, produksi perikanan tangkap di Maluku mencapai 700.000 ton, menjadikannya sebagai salah satu provinsi dengan kontribusi perikanan tertinggi di Indonesia. Komoditas utama yang dihasilkan meliputi ikan tuna, cakalang, tongkol, dan kerapu, yang banyak diminati di pasar nasional maupun internasional. Selain itu, Maluku juga memiliki industri perikanan budidaya yang berkembang, terutama untuk rumput laut, kerapu, dan lobster.
Meskipun produksi perikanan tinggi, namun data menunjukkan bahwa konsumsi ikan per kapita di Maluku tidak setinggi yang diharapkan. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, konsumsi ikan masyarakat Maluku rata-rata hanya 50-60 kg per tahun, lebih rendah dibandingkan dengan daerah seperti Sulawesi Selatan yang mencapai 75 kg per tahun. Hal ini menjadi bukti adanya ketidakseimbangan antara produksi ikan dan ketersediaannya di pasar lokal.
Hubungan Antara Potensi Perikanan Laut Maluku, Tingkat Ketersediaan Ikan, dan Rendahnya Konsumsi Ikan Masyarakat Maluku
Maluku memiliki potensi perikanan laut yang sangat besar dengan perairan yang kaya akan berbagai jenis ikan bernilai ekonomi tinggi seperti tuna, cakalang, dan ikan pelagis lainnya. Meskipun hasil tangkapan melimpah, namun ketersediaan ikan di pasar lokal Maluku tidak selalu stabil. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi ini antara lain keterbatasan infrastruktur distribusi, ketergantungan pada musim penangkapan, serta kurangnya fasilitas penyimpanan dan pengolahan ikan yang memadai. Banyak ikan hasil tangkapan justru dikirim ke luar daerah karena harga jual yang lebih tinggi, sementara pasokan di pasar lokal sering kali terbatas atau mengalami fluktuasi harga yang signifikan.
Rendahnya tingkat konsumsi ikan masyarakat Maluku juga menjadi paradoks di tengah melimpahnya sumber daya perikanan. Selain faktor harga yang tidak selalu terjangkau, pola konsumsi masyarakat masih dipengaruhi oleh preferensi pangan yang beragam serta kurangnya edukasi mengenai manfaat gizi ikan. Distribusi ikan yang tidak merata membuat beberapa wilayah sulit mendapatkan pasokan ikan segar, sehingga masyarakat lebih memilih sumber protein lain yang lebih mudah diakses. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kebijakan yang memperkuat rantai pasok ikan lokal, meningkatkan akses masyarakat terhadap ikan dengan harga terjangkau, serta mendorong kampanye kesadaran gizi agar konsumsi ikan lebih meningkat sesuai dengan potensi perikanan yang dimiliki Maluku.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Ikan di Maluku
1. Infrastruktur Distribusi dan Transportasi.
Terbatasnya infrastruktur transportasi di Maluku dapat menghambat distribusi ikan dari pusat produksi ke pasar tradisional. Kondisi geografis yang terdiri dari banyak pulau memerlukan sistem transportasi yang efisien untuk memastikan ikan segar dapat sampai ke konsumen dengan cepat. Keterbatasan ini dapat menyebabkan pasokan ikan di pasar lokal menjadi tidak stabil.
2. Rantai Dingin yang Tidak Optimal.
Pentingnya rantai dingin dalam menjaga kesegaran ikan tidak dapat diremehkan. Kurangnya fasilitas pendingin yang memadai, seperti penyimpanan berpendingin (cold storage) dan transportasi berpendingin, dapat menyebabkan ikan cepat membusuk sebelum sampai ke pasar. Hal ini dapat mengurangi ketersediaan ikan segar bagi konsumen serta mempengaruhi harga jual.
3. Prioritas Ekspor dan Distribusi ke Daerah Lain.
Sebagai daerah dengan produksi ikan yang tinggi, Maluku mungkin lebih memprioritaskan ekspor atau pengiriman ikan ke daerah lain yang memiliki permintaan tinggi dan infrastruktur distribusi yang lebih baik. Berdasarkan laporan KKP tahun 2023, sekitar 65% produksi ikan di Maluku diekspor atau dikirim ke daerah lain, seperti Jakarta, Surabaya, dan luar negeri (Jepang, Tiongkok, dan Uni Eropa). Akibatnya, pasokan ikan untuk pasar lokal menjadi terbatas, sehingga berpengaruh terhadap ketersediaan dan harga ikan bagi masyarakat setempat.
4. Kebijakan dan Regulasi Lokal
Kebijakan pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya perikanan dan distribusinya juga berperan penting. Regulasi yang kurang efektif atau yang tidak mendukung kepentingan masyarakat lokal dapat menyebabkan distribusi ikan tidak merata dan harga yang tidak stabil di pasar tradisional.
Perbandingan dengan Daerah Lain
Daerah seperti Cilegon, Surabaya, Makassar, Maros, dan Bone, memiliki akses yang lebih baik terhadap infrastruktur transportasi dan distribusi. Selain itu, keberadaan pelabuhan besar dan fasilitas penyimpanan yang memadai memungkinkan distribusi ikan ke pasar tradisional berlangsung dengan lebih efisien. Melimpahnya ketersediaan ikan dengan harga terjangkau di daerah-daerah tersebut menunjukkan bahwa infrastruktur yang baik dan manajemen distribusi yang efektif berperan penting dalam menjamin ketersediaan hasil laut bagi masyarakat.
Kesimpulan :
Meskipun Maluku memiliki potensi perikanan laut yang melimpah dengan produksi ikan mencapai ratusan ribu ton per tahun, tantangan dalam infrastruktur distribusi, rantai dingin, prioritas ekspor, dan kebijakan lokal dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara produksi ikan dan ketersediaannya di pasar tradisional. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan perbaikan infrastruktur, pengembangan fasilitas penyimpanan yang memadai, serta kebijakan yang mendukung kepentingan masyarakat lokal. Dengan demikian, masyarakat Maluku dapat menikmati hasil laut yang melimpah dengan harga yang terjangkau, sesuai dengan potensi perikanan di wilayah mereka. (**)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi