
Oleh: M Fazwan Wasahua (Head of Directors di Komunitas Lanite)
Dalam membangun masa depan yang berperadaban, tentu perlu mendidik generasi mulai dari detik ini juga. Selain memersiapkan infrastruktur dan suprastruktur serta arena sosial yang kondusif bagi terciptanya proses yang baik untuk meningkatkan kualitas (kapasitas dan pengalaman) mereka.
Kita –selain membutuhkan kesabaran, konsistensi dan komitmen– juga harus memerhatikan ketertiban dalam proses pendidikan terhadap mereka. Sebab belajar itu tidak hanya sekadar banyaknya membaca buku dan melakukan aktifitas pergerakan tanpa strategi yang baik dan benar.
Belajar yang tertib yang saya maksud adalah kita harus memerhatikan dengan ketat tema-tema yang akan disuguhkan kepada generasi. Mengapa ini penting, sebab seringkali kita dapati sebagian pembimbing/pendidik lalai dalam memerhatikan hal ini.
Akhirnya, kapasitas generasi pun mengalami premature cara berfikir dan cara pandang yang fatal. Akibatnya, bukannya kuat dan kokoh dalam membangun konsep pengetahuan, generasi justru terlihat sangat amburadul ketika mereka sedang berbicara dan bertindak.
Ketaktertiban ini, atau dalam bahasa Maluku di sebut ‘tar atorang’, telay melahirkan generasi yang asal-asalan. Kesalahan ini seringkali dilakukan oleh pembimbing/pendidik, sadar atau tidak.
Para pembimbing/pendidik tidak boleh asal-asalan dalam menyusun tema-tema belajar. Oleh karena itu mereka tidak boleh malas, lalai, dan apalagi tidak sabaran dalam menstrukturisasi tema-tema tersebut.
Sebab tema-tema yang disusun secara tepat akan membangun dan membentuk landasan dan kerangka pengetahuan masing-masing generasi. Sebagai contoh, akan fatal jika dengan terburu-buru kita menyuguhkan tema-tema ideologi sebelum mengupas habis tema-tema seputar pandangan dunia, dan yang paling mendasar lagi adalah tema-tema epistemologi.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi