Kementan Diminta Jadikan Kerbau Moa Plasma Nutfah
potretmaluku.id – Kementerian Pertanian (Kementan) lewat Wakil Menteri (Wamen) Pertanian dan Dirjen Peternakan, diminta, agar mengembangkan Kerbau Moa dan Kambing Kisar, di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), sebagai plasma nutfah ternak nasional.
Permintaan tersebut disampaikan anggota Komisi IV DPR RI asal daerah pemilihan (Dapil) Maluku, Saadiah Uluputty, saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kementan, yang dihadiri oleh Wakil Menteri Harvick Hasnul Qolbi, Sekjen Kementan beserta para Dirjen Kementrian Pertanian, di ruang rapat Komisi IV, Gedung Nusantara V Senayan, Jakarta Senin (20/9/2021).
Kepada potretmaluku.id, Selasa (21/9/2021), politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menuturkan, ia memanfaatkan waktu tiga (3) menit pada rapat tersebut, untuk menyuarakan tiga hal yang dianggapnya penting untuk disuarakan pada RDP ini, salah satunya terkait plasma nutfah untuk Kerbau Moa dan Kambing Kisar.
Plasma nutfah yang disebut Saadih ini, adalah substansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta jasad renik. Plasma nutfah merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pembangunan nasional.
“Secara khusus Menteri Pertanian telah mengeluarkan keputusan No. 2911 tahun 2011, tanggal 17 Juli 2011, yang menetapkan secara spesifik rumpun Kerbau Moa di MBD, memiliki ciri spesifik yang tidak dimiliki oleh wilayah-wilayah lain yang ada di ini Indonesia,” ujar Saadiah.
Karena itu, dirinya meminta perhatian yang sungguh-sungguh dari Kementan, dengan mencanangkan program kerbau di Moa MBD. Ini juga, kata Saadiah, sebagai salah satu upaya untuk adanya konservasi plasma nutfah yang harus dilakukan.
“Agar populasi kerbau Moa terhindar dari kepunahan, serta terpelihara kelestariannya. Dan olehnya itu saya minta dijadikan sumber ketahanan pangan nasional,” tandasnya.
Lewat kesempatan itu juga, kepada Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Saadiah berharap ada data penyediaan bahan pakan untuk ternak, sehubungan dengan peningkatan impor gandum untuk industri. Sementara jumlah Grand Parent Stock (GPS) atau bibit induk ayam yang tak dikendalikan, di Indonesia saat ini mengakibatkan over suplai ayam.
“Yang perlu kita perhatikan di sini adalah pemerintah harus melakukan, apakah importasi daging, yang berasal dari negara yang tidak bebas penyakit esksotik. Saat import daging didatangkan dari negara-negara, misalnya India,” tegasnya.(ZAI)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi