Pendapat

Kailolo Tumbuh, Kailolo Maju, Refleksi Satu Tahun IKBK

PENDAPAT

Oleh : Zulfikar Marasabessy (mahasiswa pasca sarjana Univesitas Nasional)

“Laumuri sala isa’i, lahaha sala isa’i”

Untuk memulai penulisan ini saya meminjam istilah konfusius yang berbunyi “Ceritakanlah masa silam padaku, dan akupun akan menceritakan masa depan,”.

Tepat 17 Agustus 2020, Ikatan Keluarga Besar Kailolo atau yang disingkat (IKBK) secara resmi dideklarasikan, sebagai wadah berhimpun dan silaturahim masyarakat Kailolo, khususnya yang berada di perantauan. IKBK merupakan wadah berhimpun yang memiliki tujuan yakni, Terwujudnya masyarakat Kailolo yang Marhama, menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, adat istiadat, seni dan budaya negeri kailolo khusnya dan Maluku pada umumnya serta menanamkan rasa Nasionalisme, Pancasila, Bineka Tinggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Undang-Undang Dasar 1945.

Kailolo adalah sebuah negeri (desa) yang terletak di bagian barat laut Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Negeri ini merupakan sebuah negeri yang relatif maju pada masa lalu. Hal tersebut terefleksikan dari perannya sebagai negeri tempat syiar Islam bagi masyarakat Maluku Tengah pada khususnya, sehingga pada masa itu sering kali disebut sebagai “serambi Mekah-nya Maluku”.

Selain itu, Negeri Kailolo dalam sejarah telah melahirkan ulama besar yaitu Tuan Guru Abdurrahman Marasabessy. Beliau bukan sekedar ulama biasa, beliau juga aktif dalam perjuangan melawan penjajah dan ikut membangun negeri ini. Hal ini tercatat pada tahun 1954, beliau menjadi salah satu ulama yang turut serta merumuskan status pemegang kekuasaan negara darurat “waliyul Amri Dlaruri bin syaukah” dalam Konfrensi Ulama di Cipanas Bogor yang diprakarsai oleh Mentri Agama RI KH. Masykur.

Kehadiran Abdurahman Marasabessy dalam perjuangan melawan penjajah, dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak terlepas dari sejarah kelam yang pernah dirasakan oleh masyarakat Kailolo, dimana pada tanggal 17 Agustus 1950 Negeri (desa) Kailolo dibakar habis oleh gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS).

Mengutip Pidato Presiden Pertama RI Soekarno pada tanggal 17 agustus 1966 yang mengatakan “jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Artinya, sebagai suatu entitas berbagsa dan bernegara sejarah merupakan cermin masa depan. Dimana, sejarah akan selalu menjadi guru bagi kita dalam menapaki masadepan yang cemerlang.

Generasi Kailolo, sudah selaknya dan sepantasnya belajar dari sejarah perjalanan tokoh-tokoh terkemuka, seperti Abdurahman Marasabessy yang telah wafat mendahului kita. Sementara itu, ada beberapa tokoh-tokoh Negeri Kailolo yang saat ini bersama kita. Misalnya, Bpk. Letnan (Purn) TNI Suaidi Marasabessy, Bpk. Amir Hamzah, Bpk. Mat Marasabessy (Kepala Dinas PU) Provinsi Maluku, Bpk. Ismail Marasabessy (Kepala Dinas Perhubungan) Provinsi Maluku dan Para Alim Ulama, Ust. Ruslan Husain Marasabessy, Ust. Abdurahman Tuanaya serta para guru-guru yang senantiasa mengajarkan kita kepada hal-hal yang baik.

Untuk itu, Pada momentum Milad Ke-1 Ikatan Keluarga Besar Kailolo (IKBK) yang nantinya pada tanggal 17 Agustus 2021. saya sebagai anak Negeri Kailolo memiliki harapan besar agar kedepannya Negeri Kailolo tidak hanya melahirkan ulama besar seperti Abdurahman Marasabessy saja dan beberapa tokoh yang saya sebutkan diatas. Namun, dapat melahirkan generasi-generasi terbaik yang memiliki kontribusi terhadap pembangunan bangsa ini umumnya dan khususnya Negeri Kailolo. Sudah saatnya kita bersama-sama menjadikan Negeri Kailolo sebagai “Garden of Knowlege” sebagaimana perjuangan guru-guru kita pada zamannya.

Selain itu, saya berharap dan berdoa semoga IKBK di bawah kepimpimpinan Ketua Umum Bpk. Abd. Latip Marasabessy dan Sekjen Ruslan A.G Marabessy serta seluru fungsionaris pengurus DPP IKBK, dapat menjadikan organisasi ini sebagai wadah yang inovatif, trasformatif Serta dapat berperan penting dalam membentuk karakter generasi muda Negeri Kailolo yang marhama (kasih sayang), cerdas, mandiri, berkualitas, dan memiliki moral yang baik.

Not everything that counts can be counted, and not everything that can be counted counts. “Tidak semua hal yang diperhitungkan dapat dihitung, dan tidak semua yang dapat dihitung diperhitungkan”. A. Einstien. Semua ada waktunya, semua ada skenarionya.

Demikian, saya mengucapkan Selamat dan sukses Milad Ke-1 Ikatan Keluarga Besar Kailolo (IKBK) dan Dirgahayu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Ke-76. Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.

Billahitaufiq Walhidayah Walamu’alaiqum, Wr. Wb


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button