
Oleh: Pdt. Idho Kwalomine (Pengurus Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku/AMGPM)
Banyak orang yang bertanya kepada saya tentang ide awal pembuatan Festival Film Pendek (Fesfip) AMGPM. Banyak pula pertanyaan lain tentang gelaran yang telah usai dengan Batch II ini.
Dari sekian banyak pertanyaan yang ada, 1 pertanyaan yang ingin saya responi di sini. “Siapa-siapa tim kerja Fesfip?”
Saya mencoba menafsir latar belakang pertanyaan ini menggunakan rumus 5W 1H. Singkatnya, tim kecil kami hanya terdiri dari 7 orang saja. Apakah punya latar belakang kerja sebagai EO? Tidak juga. Punya rekam jejak kerja film? Sama sekali tidak. Pekerja konten kreator? Apalagi itu, sama sekali tidak.
Kami hanya mengandalkan beberapa teman yang mau bekerja sebagai relawan, bersedia lembur, memeras otak untuk berkreasi dan tidak bawel. Sekali kasih arahan, bisa mengerjakan apa yang dikehendaki.
Andalan kami di tim adalah Riando Titarsole, Peros Tomasoa dan Semmy Hatulesila. Mereka bertiga merupakan ujung tombak kami untuk mengelola publikasi, dokumentasi, film editing dan multimedia.
Kami sadari bahwa dalam era transformasi digital, siapa yang mengerti strategi publikasi ala generasi milenial, maka dialah yang akan menguasai jagad medsos.
Peralatan kami seadanya saja. Tidak ada perangkat berteknologi tinggi yang mendukung kerja-kerja film editing dan publikasi. Modal kami hanyalah HP Android. Bila saja ada yang bermurah hati untuk mendukung kerja-kerja tim, maka tentu kami sangat berterima kasih.
Riando, Sarjana Teologi UKIM. Saat ini sedang mengantri untuk menjadi Vikaris di GPM. Dia cukup piawai dalam editing. Insomnia yang dialaminya membantu produktivitasnya dalam kerja.
Partnernya adalah Peros Tomasoa. Sarjana Pendidikan yang saat ini menjadi Sekretaris AMGPM Ranting Ebenhaezer, Cabang Kyrie Eleison IV Pulau Ambon Timur dan operator multimedia di Jemaat Waringin Pintu. Peros memiliki imajinasi yang tinggi. Ini dapat dilihat dari karya Filmnya berjudul “Beta dan Teknologi” yang juga finalis Fesfip AMGPM 2023.
Semmy adalah personil Media Center AMGPM, juga tim Multi Media di Jemaat GPM Rumah Tiga. Semmy sangat membantu di tengah-tengah keterbatasan yang dimilik.
Satu nama yang tak dilupakan adalah Lisa da Costa. Penopang belakang layar yang senyap. Ia datang dan pergi tanpa kabar, namun selalu muncul di waktu yang tepat.
Mereka ini adalah anak-anak muda yang kreatif. Untunglah mereka semua selalu stand by setiap waktu dan setia mengikuti arahan.
Bersama tim juga ada relawan yang kerjanya bak tukang bakul. Apa saja yang diberikan kepada mereka pasti dikerjakan. Mereka adalah staf di Sekretariat PB AMGPM, masing-masing Ade Maunary, Mei Manuputty dan Larson Solukh.
Kerja-kerja buruh yang tak dapat kami kerjakan pasti mereka kerjakan. Demikian pun Pablo Tutuiha. Mereka semua adalah Volunteer tanpa pamrih yang harus digembleng untuk kerja cerdas.
Terima Kasih atas kesediaannya menjadi tulang punggung yang kuat untuk memikul tanggung jawab ini secara bersama-sama. Kerja – Evaluasi, Kerja lagi – Evaluasi lagi sampai mendapatkan hasil terbaik.
Kini kami sedang bersiap diri untuk berkolaborasi dengan ACFFEST (Anti Coruption Film Festival) KPK RI dalam gelaran Fesfip Batch III di tahun depan dengan tema yang lebih seksi dan menantang yakni “Masa Depan Tanpa Korupsi.” Salam Hormat.(*)
IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi