Maluku

Syauqi dan Seno di Cita-Rasa-Banda

Oleh: Arie Rumihin (Kantor Bahasa Provinsi Maluku)

JIKA anda sudah menonton video klip Tulus – Gajah atau NAIF – Karena Kamu Cuma Satu, maka anda akan familiar dengan nama Syauqi Tuasikal, sutradara berdarah Maluku yang tersohor di panggung nasional atas karya-karya hebatnya.

Lulusan Institut Kesenian Jakarta ini selain dikenal sebagai sutradara, juga populer sebagai editor berkat keterlibatannya di film Mocca: Life Keeps on Turning (2011) dan Banda: The Dark Forgotten Trail (2017). Karya yang disebutkan terakhir itu berhasil menghantarkan namanya sebagai nominator Maya Awards kategori Best Editing (2017).

Di tengah kesibukannya di ibu kota, Syauqi hadir di Banda Naira untuk berbagi ilmu kepada pegiat film dalam workshop intensif selama 6 hari secara gratis.

Cita-Rasa-Banda
Syauqi Tuasikal (kedua kanan) berbagi ilmu kepada pegiat film di Banda, lewat workshop intensif videografi.(Foto: Dok. Arie Rumihin)

Kehadirannya di Maluku difasilitasi oleh Banda Heritage Society lewat program Cita-Rasa-Banda (CRB), sebuah kegiatan produksi dan pagelaran dengan prinsip sesilangan berbagai media seperti teater, video, dan kuliner. Kegiatan ini sendiri telah dimulai sejak tanggal 1 Maret hingga 14 Maret 2023 nanti.

Sesuai keahliannya, Syauqi mengasuh materi karya digital dengan target menghasilkan video art karya peserta workshop yang akan ditayangkan pada puncak CRB tanggal 13—14 Maret 2023 di Benteng Belgica. Mengambil tema Patai yang secara harafiah dapat diartikan sebagai pamitan, karya digital ini akan mengeksplorasi sejarah rempah dan sejarah ruang di Kepulauan Banda.

Karena melatih anak-anak Banda, kualitas alat menjadi perbedaan besar. Beberapa peserta bahkan menggunakan telepon genggam. Syauqi tidak masalah dengan itu.

Cita-Rasa-Banda
Syauqi Tuasikal (kedua kanan) berbagi ilmu kepada pegiat film di Banda, lewat workshop intensif videografi.(Foto: Dok. Arie Rumihin)

“Kita tidak harus tergantung dengan alat. Maksimalkan saja apa yang kita punya. Behind the gun yang paling penting”. Dia menambahkan, kalau kita bisa mendorong diri hingga batas maksimal dengan apa yang dia punya, hasilnya bisa lebih glowing.

Keberagaman peserta workshop tergambar dari kehadiran Emi Wali dari Kelompok Pecinta Alam Gembala. Emi yang mengaku memang menyukai mengedit video karena sering mendokumentasikan perjalanan pribadinya mendapati materi Syauqi sangat komprehensif.

“Hari pertama dimulai dengan pengenalan dan sharing pengalaman, hari kedua tentang detail dan angle kamera, hari ketiga transisi video dan warna, dan seterusnya hingga editing pada hari keenam nanti”.

Cita-Rasa-Banda
Alumni Master Chef Indonesia Season 8, Seto Nurseto, mengasuh workshop Kuliner Banda: Fusion Food Banda mengajari ibu-ibu PPK cara membuat makanan tradisional Kasuami dengan beberapa macam isi di dalamnya.(Foto: Dok. Arie Rumihin)

Emi juga memuji secara terbuka betapa rendah hatinya pemateri mereka. “Bang Syauqi sangat sabar, walaupun saya hanya menggunakan HP, kami tetap diperlakukan sama dengan pengguna kamera. Kami juga diberi kebebasan berekspresi dan eksplorasi”. Emi berharap hasil workshop ini dapat membantunya mewujudkan mimpi membuat film pendek tentang backpacker dari Banda.

Selain Sauqi, ada juga nama beken lain yang dihadirkan Banda Heritage Society di Naira. Dia adalah Seto Nurseto, Alumni Master Chef Indonesia Season 8 yang juga akademisi dan pegiat kuliner tradisional.

Seto yang mengasuh workshop Kuliner Banda: Fusion Food Banda mengajari ibu-ibu PPK cara membuat makanan tradisional Kasuami dengan beberapa macam isi di dalamnya.

Cita-Rasa-Banda
Alumni Master Chef Indonesia Season 8, Seto Nurseto (kanan), mengasuh workshop Kuliner Banda: Fusion Food Banda mengajari ibu-ibu PPK cara membuat makanan tradisional Kasuami dengan beberapa macam isi di dalamnya.(Foto: Dok. Arie Rumihin)

Menurut Seto, inovasi kuliner tidak harus menciptakan sesuatu yang baru. Memodifikasi apa yang sudah dikuasai dengan menambah hal baru juga menyenangkan. Sesi ini berlangsung meriah karena keaktifan dan interaksi antar peserta dengan narasumber. Di akhir kegiatan, setelah puas mencipta dan mencicipi menu baru mereka, Ibu-ibu kompak menamai resep baru ini Susi, akronim dari (ka)Suami Isi.

Hasil kedua workshop di atas akan dipamerkan bersama Penampilan Teatrikal The Nutmeg Princess sebagai puncak acara Cita-Rasa-Banda.(*)


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button