Pesta Adat Konci Januari di Negeri Soya: Tradisi, Persaudaraan, dan Warisan Budaya yang Tetap Terjaga
Mario menambahkan bahwa peserta dan undangan yang hadir tidak hanya berasal dari Negeri Soya. Ada juga tamu dari negeri-negeri tetangga dan saudara Gandong Negeri Soya.
“Melalui Konci Januari Tahun 2025, kita ingin membangun persekutuan, satukan tekad, dan bersama-sama membangun negeri yang kita cintai,” tambahnya dengan penuh harap.
Pesona Busana Adat yang Memukau
Ada satu hal yang membuat suasana Konci Januari begitu khas dan tak terlupakan: seluruh peserta dan undangan wajib mengenakan pakaian adat.
Para perempuan tampil anggun dalam kebaya gunung berwarna merah dipadukan dengan kain sarung, sementara para pria mengenakan baju Cele yang sederhana namun sarat makna budaya.
Kombinasi warna-warni pakaian adat ini menghadirkan suasana yang meriah dan sekaligus penuh kebanggaan budaya.
Ritme Tarian dan Dentuman Totobuang
Acara dimulai dengan penuh semangat melalui Tarian Tujuh Lompa, sebuah tarian tradisional yang sarat dengan simbol persatuan dan kegembiraan.
Tak berhenti di situ, para peserta diajak bergabung dalam Tarian Katreji yang enerjik serta dentuman musik yang mengiringi tarian dansa.
Anak-anak kecil turut memeriahkan suasana dengan bermain totobuang, alat musik tradisional Maluku yang memberikan ritme khas dalam setiap perayaan adat.
Saya terpesona melihat bagaimana lintas generasi masyarakat Soya begitu menjaga tradisi ini. Mulai dari anak-anak kecil hingga para Jujaro dan Mungare — mereka semua dengan bangga mengenakan pakaian adat dan turut serta dalam pesta budaya ini.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi