Oleh: Hamka Tatisina (Pemerhati & Pelaku Pembinaan Sepakbola di Maluku)
Belajar dari pemberitaaan yang hangat pada sebuah media online di Ambon saat ini, tentang sepakbola di Maluku, tanpa ada perencanaan dan kolaborasi dari hulu ke hilir dalam segala aspek, beta rasa mimpi memajukan sepakbola di daerah ini, khususnya di Pulau Ambon dan sekitarnya, hanya jadi mimpi indah.
Meski begitu, kita perlu memberikan apresiasi atas apa yang sudah diberikan Maluku FC (MFC) selama 2 – 3 tahun terakhir untuk sepakbola di daerah ini. MFC mencoba memberi warna lain dengan cara pandang mereka, bagi sepakbola Maluku dalam pengelolaan sebuah Klub Sepakbola. Jor-joran menghebohkan publik dengan seluruh perbekalan dan inovasi yang dimiliki oleh para punggawa manajemen MFC.
Dan secara dampak, gebrakan ini berhasil memberikan penilaian positif di mata masyarakat Maluku, secara instan (cepat).
Semua inovasi dilakukan, membentuk Fans Club dan sebagainya, guna menunjang kelangsungan eksistensi klub pada publik sepakbola Maluku dari seluruh aspek. Karena itu secara pribadi, beta menaruh hormat dengan seluruh usaha yang dilakukan MFC.
Lalu ketika Maluku FC mundur dari Babak 80 Besar Liga 3 Nasional, siapa yang disalahkan? Saatnya saling menyalahkan. A kasi salah B, B kasi salah C, D kasi salah E. Tapi memang kenyataannya A sampe Z samua ada yang salah. Perhatian, kontribusi, jaringan, pembinaan dan sebagainya, tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Masing-masing ingin menunjukkan jagonya. Di atas bikin ikut suka, di bawah ikut di atas punya suka. Lalu korban siapa?
Orang-orang yang punya hobi membangun sepakbola, mereka itu yang korban perasaan. Akhirnya lama-lama cuman 1 atau 2 orang yang memang betul-betul punya hobi membangun sepakbola. Bukan sepakbola yang bangun mereka. Yang ada sekarang tinggal orang-orang yang cari “untung” dari sepakbola.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi
