MalukuOlahraga

Maaf, Belum Memenuhi Ekspektasi, Terima Kasih Atas Segala Dukungan

Oleh: Ikhsan Tualeka (Penulis adalah Presiden Maluku FC/Direktur Beta Sport)

Kekalahan secara beruntun di Babak 32 besar tentu saja secara otomatis memupus harapan Maluku FC (MFC) untuk terus melangkah di perhelatan di Liga 3 Nasional 2022. Pencapaian yang memang masih jauh dari ekspektasi banyak pihak.

Yang pasti, satu ikhtiar memajukan sepakbola Maluku telah dilakukan, meski ada saja kendala, tapi ini semua jadi pelajaran penting untuk kedepan lebih baik. Proses masih panjang, membangun sepakbola tidak instan.

Terlepas dari sejumlah kekurangan, terutama persoalan pengalaman dan mental yang harus diakui perlu ada pembenahan, MFC sejatinya telah berusaha melakukan yang terbaik. Sesuatu yang mesti tetap diapresiasi.

Kita faktanya baru bisa sampai pada titik ini. Tapi kalau mau dilihat dengan jernih, apa yang tersaji sejatinya juga adalah produk dari ekosistem sepakbola kita yang masih harus terus diperbaiki.

Selain penyelenggara kompetisi sepakbola di berbagai tingkatan perlu dibenahi level profesionalismenya. Untuk Maluku sendiri masih banyak yang harus dievaluasi atau ditingkatkan, bila mau sepakbola daerah ini lebih maju dan kompetitif.

Misalnya, belum ada anggaran yang memadai, terutama untuk banyak Sekolah Sepak Bola (SSB) yang tersebar sebagai basis pembinaan usia dini. Di Maluku juga masih sedikit atau belum banyak pelatih berlisensi.

Belum lagi soal fasilitas yang kurang memadai seperti lapangan atau stadion yang representatif. Serta minimnya kompetisi lokal yang sangat diperlukan untuk meningkatkan pengalaman bertanding tim atau para pemain.

Menjadi pertanda bahwa ekosistem sepakbola di Maluku belum semaju di daerah lain, terutama di Pulau Jawa. Termasuk belum ada perusahaan atau industri besar di Maluku yang dapat menjadi sandaran sponsorship bagi majunya satu tim lokal, adalah catatan tersendiri.

Terlepas dari semua itu. Diakui atau tidak, kehadiran MFC sejauh ini, termasuk dengan ekspos atau publikasi media yang cukup masif, juga dengan berbagai kegiatan tambahan atau additional lainnya seperti sejumlah eksibisi bertajuk ‘Football for Peace’ telah turut meningkatkan atmosfer sepakbola di Maluku.

Kita bisa lihat belakangan ini, dari kota hingga negeri/desa atau pelosok, sepakbola makin bergeliat. menjadi satu sinyalemen yang positif. Bahkan ada klub bola liga utama Indonesia, dan koresponden Feyenoord di Belanda pun menghubungi MFC untuk bekerjasama dalam pembinaan usia dini.

Semua ini adalah langkah maju. Harapannya, semua proses yang sudah dilalui MFC sejauh ini, dapat menjadi bahan evaluasi bagi semua stakeholder di Maluku. MFC sendiri juga baru didirikan satu tahun, tentu tak bisa dibandingkan dengan klub-klub besar lainnya yang sudah lama berdiri dan jauh lebih siap.

Membangun kultur dan atmosfer sepakbola yang baik di satu daerah tak semudah membalik telapak tangan,
Kedepan berbagai pihak harus bisa urun-rembuk, meningkatkan kolaborasi, melepaskan ego pribadi dan sektoral agar sepakbola Maluku dapat berjaya.

Apalagi sepakbola adalah industri yang butuh sentuhan dan keberpihakan dari berbagai elemen; pemerintah, swasta dan insan sepakbola itu sendiri. Sebagai sebuah ekosistem, tentu harus saling menopang dan mendukung.

Langkah Kedepan

Sebelumnya saya mau tegaskan lagi bahwa MFC telah dicurangi saat lawan Persedikab. Bukti kalau ada kecurangan yang berujung ricuh adalah wasit yang memimpin pertandingan itu telah diberi sanksi dan dipulangkan. Sementara 1 pemain Maluku FC dihukum tidak bermain dalam satu pertandingan berikutnya.

Satu hal yang paling membuat sedih dan kecewa sebenarnya adalah kenapa teganya Maluku dicurangi dalam pertandingan pertama di putaran 32 besar itu. Dipaksa bermain dengan jumlah pemain yang tidak seimbang, di atas waktu injury time 4 menit yang sudah diumumkan di papan pengumuman dan disampaikan lewat pengeras suara.

Harusnya ada empati pada tim tamu, yang sudah datang dari jauh, menghabiskan anggaran yang tidak sedikit untuk transportasi dan akomodasi, meski dari daerah yang relatif miskin dan tertinggal. Sementara tuan rumah, pemain dan official bisa berangkat dari rumah masing-masing.

Bila tak dicurangi, dan hasil akhir imbang sesuai dengan alokasi waktu, maka akan ada asa atau harapan, dengan begitu MFC lebih bersemangat untuk bisa menang pada pertandingan berikutnya. Kalah akibat dicurangi dan terjadi kericuhan tentu saja berpengaruh pada mental dan psikologi pemain.

Dampaknya pada laga berikutnya dengan Persebi Boyolali, MFC tampil tidak seperti biasanya, sejumlah pemain kunci juga tak bisa bermain dan akhirnya kalah 2:3. Kekalahan yang turut berpengaruh pada pertandingan selanjutnya.

Namun satu catatan evaluasi penting yang barangkali perlu dikemukakan di sini, selain profesionalitas penyelenggara liga, adalah soal mental, baik itu pemain, maupun official. Mentalitas yang belum teruji kerap berujung pada penyikapan situasi secara frontal dan destruktif.

Misalnya saat kalah dramatis 3:2 dari Persedikab Kediri, sekalipun terlihat MFC dicurangi sejak babak pertama oleh kepemimpinan wasit, namun karena disikapi dengan emosional, berdampak pada kesiapan pemain atau tim pada laga selanjutnya.

Ini pelajaran penting, bahwa menyikapi situasi secara emosional dan frontal tidak membawa keuntungan bagi tim. Mestinya bila merasa dicurangi, harus dicarikan mekanisme lain untuk penyelesaiannya. Sekali lagi, bukan dengan emosi, apalagi dengan kekerasan.

Saya sebagai sendiri sebagai presiden klub memang tak bisa mendampingi tim selama bermain di fase 32 besar di Kediri karena harus Isoman dan sejumlah urusan lain di Jakarta. Namun terus terang sangat menyesalkan peristiwa kericuhan itu, karena berseberangan dengan visi klub yang saya letakan: Football for Peace.

Tapi sudahlah, kita tak perlu larut dalam situasi ini. Setelah ini kita akan fokus pada talent scouting untuk mencari pemain muda berbakat melalui seleksi dan juga pertandingan sepakbola di berbagai pelosok. Kemudian mengambil para pemain yang terbaik untuk masuk dalam skuad tim utama Maluku.

Sebagai penutup, terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang sejauh ini telah membantu, baik materi maupun moril, doa dan ucapan baik, terutama untuk fans dan pendukung MFC. Maaf bila belum memenuhi ekspektasi banyak pihak, meski kegagalan adalah sukses yang tertunda.

Jakarta, 24 Februari 2022


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button