Ramadan tiba…Ramadan tiba..Ramadan tiba
Marhaban Ya Ramadan…Marhaban Ya Ramadan…Marhaban Ya Ramadan
Ramadan tiba semua bahagia
Tua dan muda bersuka cita
Bulan ampunan bulan yang berkah
Bulan terbebas api neraka
Potongan lirik lagu “Ramadan Tiba” dilantukan oleh Opick seolah menambahkan kesyahduan Ramadan, yang tinggal menghitung hari akan kita temui. Ramadan senantiasa diawali penuh rahmat, menjalani mengharap ampunan dan selalu diakhiri terbebas dari api neraka. Perasaan yang berulang dirasa ketika Ramadan menghampiri sebagai ajang bagi kita berbenah diri.
Bulan suci adalah sebutan akrabnya. Umat Muslim yang ada di seluruh dunia menyambutnya dengan suka cita dengan kerinduan tiada tara. Betapa tidak, rasa syukur tersebut diluapkan seluruh umat Muslim dengan beragam tradisi penyambutan.
Ramadan disambut dengan beragam cara di berbagai pelosok daerah. Salah satunya, yakni Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Tanah Melayu yang memiliki tradisi atau adat menarik dalam menyambut Ramadan. Walaupun selama setahun Indonesia bergelut, berjuang menumpas kekejaman Virus Covid-19, tak menghalangi semangat kita umat Muslim menyambut Ramadan. Tentunya dengan selalu menerapkan protokol kesehatan di setiap kegiatan yang tengah dijalankan.
Ada empat hal tidak bisa dilepaskan dari tradisi di Kota Pontianak dari tahun ke tahun. Selalu menjadi incaran dan perbincangan hangat di setiap tahun oleh warga setempat maupun wisatawan lokal dan asing.
1. Pasar Juadah
Pastinya sudah tidak asing bukan, melihat gambar di atas? Saat bulan puasa tiba para penjual mulai bermunculan di Pasar Ramadan ini. Walaupun namanya pasar bukan berarti ini pasar kebutuhan pokok layaknya pasar-pasar pada umumnya.
Pasar Juadah ini selalu ada selama Ramadan dan dapat dijumpai di berbagai tempat di Kota Pontianak. Umumnya, jam operasional Pasar Juadah ini dimulai pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB. Dalam satu tempat saja sudah bisa kita temui beraneka ragam kuliner khas Kota Pontianak (bingke berendam, bakwan Pontianak, bubur padas, chaikue, lemang, es lidah buaya, blodar dan lain sebagainya) maupun kuliner nusantara untuk takjil juga tersedia di sini.
Setiap tahun di bulan Ramadan, Pasar Juadah selalu dipenuhi kerumunan orang-orang yang berburu hidangan takjil. Tak heran kadang kala kita kalap tiap berkunjung ke Pasar Juadah ini, karena mata kita disuguhi hidangan yang menggugah selera. Kalau di daerah kalian pasar Ramadan ini apa sebutannya?
2. Sotong Pangkong
Kuliner legenda ini merupakan kuliner khas Kota Pontianak dan banyak bermunculan di tepi-tepi jalan, sepanjang Jalan Merdeka terutama saat Ramadan. Walaupun di bulan yang lain bisa kita temui tapi tidak seramai Ramadan. Karena Sotong Pangkong merupakan jajanan istimewanya bulan Ramadan di Kota Pontianak.
Sotong Pangkong adalah jajanan berbahan dasar cumi-cumi/sotong yang dijemur hingga kering kemudian diolah dengan cara dipanggang/dibakar dan dipangkong (dipukul-pukul) menggunakan palu agar menjadi lunak (tidak alot). Rasanya gurih ketika disantap. Menus ini biasanya disajikan bersama kuah sambal kacang atau sambal pedas manis sebagai cocolannya.
Pengolahannya tergolong unik, tetapi memiliki cita rasa gurih yang menggoda indra perasa kita. Lidah kita akan dimanjakan rasa gurih, asin, manis dan asam yang kental sehingga memberikan sensasi segar setelah berpuasa seharian.
3. Kering Bandong
Pemandangan kerlap kerlip lampu ibu kota tidak akan terlihat di Kota Pontianak di bulan Ramadan. Saat memasuki sepuluh malam terakhir Ramadan visual kita akan dibuat takjub oleh pemandangan unik. Halaman rumah-rumah warga Kota Pontianak sudah tersusun deretan obor dari bambu kecil, dengan sumbu yang sudah diberi minyak tanah dan dinyalakan pada malam hari. Warga setempat biasa menyebutnya pelita atau obor.
Tradisi ini disebut Keriang Bandong. Kata Keriang sendiri adalah hewan serangga yang sangat menyukai cahaya, sedangkan Bandong bermakna berbondong-bondong.
Awalnya tradisi ini menggunakan media bambu, biasanya dilakukan oleh anak-anak dan remaja, mereka mengarak obor-obor keliling perumahan atau perkampungan sekitar tempat tinggalnya. Akan tetapi seiring perkembangan zaman sebagian warga mengganti bambu dengan menggunakan lampion-lampion berbentuk unik.
Bentuk Keriang Bondong pun sudah bertransformasi beraneka ragam kreasi. Warga Kota Pontianak ada yang menghias gapura menyerupai masjid, kaligrafi, kapal dan lain sebagainya.
Tradisi ini dilakukan ketika memasuki malam ke-21 Ramadan hingga menjelang hari raya Idul Fitri. Bermakna untuk menunggu datangnya malam Lailatul Qadar. Malam mulia, malam yang lebih baik dari seribu bulan.
4. Festival Meriam Karbit
Umumnya di daerah-daerah lain pada malam Ramadan sampai dengan malam takbiran, akan terdengar letusan kembang api. Lain hal di Kota Pontianak, ketika kalian berkunjung pada bulan Ramadan maka gema Meriam Karbit, akan terdengar seantero kota sepanjang Ramadan.
Tradisi Meriam Karbit adalah sebuah ceremony memperingati peristiwa saat Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie mengusir “hantu-hantu”, yang berada di Sungai Kapuas menggunakan meriam, hingga terbentuklah Kota Pontianak.
Singkat cerita, tradisi Meriam Karbit ini telah dilestarikan secara turun-menurun dari generasi ke generasi. Terutama masyarakat yang tinggal di tepian Sungai Kapuas.
Mengutip dari berbagai sumber, Meriam Karbit ini pada awalnya terbuat dari sebatang bambu, makin kesini telah melalui perubahan dari menggunakan pohon pinang, pohon kelapa.
Sampai sekarang untuk menyemarakkan malam puncak datangnya malam Lailatul Qadar, dan hari raya Idul Fitri melalui Festival Meriam Karbit. Pembuatan Meriam Karbit menggunakan bahan utama berupa kayu meranti dan mabang. Bobotnya bisa mencapai 500 kilogram, serta memiliki panjang sekitar empat hingga tujuh meter, dengan diameter sekitar 50 centimeter.
Festival Meriam Karbit inipun dibuat semenarik mungkin dengan cat warna warni dan sebagai pemanis dibungkus menggunakan kain berbagai motif. Untuk menyalakannya diisi sekitar tiga hingga lima ons karbit dan disulut dengan obor.
Itulah sekelebat cerita tentang tradisi dan adat kebiasaan menyambut bulan suci Ramadan di Kota Pontianak. Perpaduan unsur agama dan budaya yang seronok, khidmat penuh makna. Beragam histori saling terhubung mengikat kalbu person to person akan memori Ramadan, yang mereka punya di Kota Pontianak.
Menyaksikan dan menikmati tradisi-tradisi menyambut bulan suci penuh berkah, yang ada di daerah-daerah dari Sabang sampai Merauke, akan selalu menimbulkan gelora Ramadan. Terkenang kisah masa kecil bersama keluarga dan kegembiraan menyambut Ramadan dengan yang terlalu indah untuk terlupa begitu saja.
Riwayat dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
“Siapapun yang menjalankan puasa selama Ramadann karena keyakinan yang ikhlas dan berharap mendapatkan pahala dari Allah, maka semua dosanya di masa lalu akan diampuni.” (HR Bukhari Muslim)
Doa dan harapan setiap hari terus dipanjatkan agar dapat dipertemukan kembali dengan bulan Ramadan dan merayakan hari kemenangan Idul Fitri bersama keluarga, kerabat, sahabat serta handai tolan. Nikmati dan hargailah setiap momen kehidupan.
Penulis: Ellen Lutya, Peneliti Balitbang Hukum dan HAM. Tertarik dengan isu Perempuan dan Anak, kelompok rentan, budaya dan Lingkungan.
Rubrik KAWAN JEBI merupakan kerjasama redaksi potretmaluku.id dengan Jelajah Bineka (Jebi), sebuah komunitas yang dibentuk dengan tujuan merangkul anak muda Indonesia untuk lebih peduli terhadap keragaman budaya Indonesia
Rubrik KAWAN JEBI diharapkan dapat menjadi wadah untuk kawan-kawan yang memiliki ketertarikan untuk menulis. Rubrik ini juga merupakan sebuah wadah untuk berbagi informasi maupun pemikiran yang dituliskan secara kreatif.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi