Menelusuri Jejak Pasukan Gerak Cepat Indonesia di “Kabupaten Trikora” Papua Barat
REPORTASE PERJALANAN
Mengunjungi Tugu Trikora
Setiba di Teminabuan, Penulis pun kemudian mengunjungi Tugu Trikora. Tugu ini terletak di pintu masuk ke arah pasar dan pelabuhan Teminabuan. Posisinya persis berada di tengah persimpangan jalan dari arah gereja menuju mesjid.
Tugu ini berbentuk tiang dengan sosok prajurit di atasnya. Sosok itu hanya sebagian badan, dari dada hingga kepala. Dari ciri pakaiannya, tentulah prajurit Trikora alias Pasukan Gerak Tjepat (PGT) itu.
Di dalam komplek Tugu Trikora ini terdapat sebuah kolam bulat yang dulunya mungkin dilengkapi dengan fasilitas air mancur. Sayangnya, saat ini kolam itu telah mengering. Hanya tersisa lubang bulat yang terbuat dari keramik. Secara keseluruhan, komplek Tugu Trikora ini berbentuk mirip perahu. Di bawah lambang Bintang, terdapat tulisan yang kini sudah mulai pudar. Tulisan itu menyebut, 19 Mei 1962.
Baca Juga: Haji Misbach; Sosok “kiri” Tokoh Pergerakan RI yang Diasingkan Belanda ke Manokwari
Tidak salah lagi, itu adalah waktu pendaratan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) di Sorong khususnya di Klamono, Sausapor dan Teminabuan. Sebanyak 80 orang diterjunkan di kawasan Teminabuan bertepatan pada hari Sabtu dinihari, saat sahur puasa Ayyamul Baidh dan Hari Waisak 2506 atau hari ke-14 Idul Adha 1381 Hijriah.
Mengunjungi TMP Tri Tjakrabuana
Tidak jauh dari Tugu Trikora itu terletak Taman Makam Pahlawan (TMP) Tri Tjakrabuana. Lokasinya berada di depan gerbang Pelabuhan Teminabuan, bagian sebelah kanan. Lokasi ini persis berhadapan dengan Kantor Polisi Pelabuhan, hanya dipisahkan oleh jalan yang menuju ke Pelabuhan dari arah Tugu Trikora.
Setelah masuk gerbang komplek TMP, sebuah tugu marmer putih setinggi sekitar 3,5 meter menyambut para pengunjung. Pada pucuk tugu ini terdapat logo TNI Angkatan Udara. Di bagian depan tengah, ada sebuah prasasti berwarna hitam dengan pesan pahlawan: “Kukorbankan jiwaku, demi Irian nan Jaya, selaku bagian dari, Indonesia Tercinta”.
Di dalam TMP yang dibangun pada 1994 ini tampak ada delapan makam yang sama bentuk dan warnanya. Enam makam bertuliskan nama prajurit yang gugur lengkap dengan jenjang kepangkatan dan nomor induk, sedangkan dua makam adalah anonim (tak dikenal). Menurut kisahnya, ada 53 prajurit yang gugur saat bertempur menghadapi Belanda. Sedangkan 27 prajurit lainnya selamat atau tertangkap.
Enam nama yang disemayamkan di komplek TMP Tri Tjakrabuana Teminabuan itu adalah: Niko Muktis, Joko, Sutadi, E. Ngarbingan, J. Tambunan dan M. Yusuf. nama-nama pahlawan Trikora itu memang tercantum juga pada Tugu Merah Putih yang dibangun di Kampung Wersar sebagai lokasi pengibaran bendera Merah Putih yang pertama kali di Irian (Papua) Barat.
Meskipun demikian, terdapat sedikit perbedaan penulisan nama antara yang tertulis di batu nisan dengan yang di Tugu Merah Putih. Bahkan, ada nama yang tidak tercantum dalam prasasti Tugu Merah. Selainnya, perbedaan itu disebabkan karena penggunaan singkatan nama saja. Misalnya, nama Niko Muktis tidak tercantum, begitu juga nama M. Yusuf.
Mengunjungi Tugu Merah Putih
Tugu Merah Putih atau Tugu Pendaratan terletak di Kampung Wersar, sekitar tujuh kilometer dari Tugu Trikora. Disebut Tugu Merah Putih karena di lokasi inilah konon untuk pertama kalinya dikibarkan bendera Merah Putih oleh Letnan II (U) Suhadi dan dua temannya yang mendarat di tempat ini. Pengibaran bendera itu sendiri terjadi dua hari setelah pendaratan, tepatnya 21 Mei 1962.
Baca Juga: Mengenang Kembali Revolusi Kain Timor di Ayamaru Papua Barat
Kampung Wersar juga memiliki sejarah panjang terkait pemerintahan (bobato). Sebab, di Kampung Wersar inilah, di tepi Sungai Kaibus, terjadi pelantikan tiga orang sebagai Raja oleh utusan Kesultanan Tidore. Mereka adalah Anggook Kondjool sebagai Raja Kaibus bergelar Fle-Fle Kondjool, Besi Thesia sebagai Raja Siribau (Teminabuan) dan Flebru sebagai Raja Framoe (Ayamaru). Ketiganya menjalankan pemerintahan secara tidak langsung.
Menurut Jaap Timmer dalam makalahnya, A Bibliographic Essay on the Southwestern Kepala Burung (Bird’s Head, Doberai) of Papua, sejak 300 tahun lalu Kesultanan Tidore telah memiliki hubungan dagang dengan Teminabuan dan Inanwatan. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila kemudian banyak yang diangkat sebagai raja di Teminabuan dan Inanwatan.
Kini, selain Tugu Merah Putih, ada juga patung Anggook Kondjool yang hanya beberapa meter saja jaraknya. Di dekatnya juga dibangun gereja besar oleh GKI TP dan diberi nama Gereja Alfa Kampung Wersar. Secara tidak langsung, ini menunjukkan bahwa di lokasi itu terdapat semangat perjuangan (pemerintahan), adat dan agama. Filosofi ini mirip dengan di Fak Fak: Satu Tungku Tiga Batu!
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi