Oleh: Dr. M.J. Latuconsina, S.IP, MA (Dosen Fisipol, Universitas Pattimura Ambon)
“Semua mimpi kita akan menjadi kenyataan jika kita punya keberanian untuk mengejarnya.” (Walter Elias Disney).
Tak selamanya profesi rendah orang tua di kemudian hari akan terwariskan pada anaknya, yang memiliki profesi sama layaknya orang tuanya tersebut. Banyak kita temukan fenomena-fenomena terbalik pada anak-anak mereka, yang kemudian hari tumbuh dewasa, dan menjadi sukses melebihi karier orang tuanya tersebut. Jalan hidup tak bisa diduga, hanya kemauan, kerja keras yang diiringi dengan doa, yang lantas bisa melapangkan jalan bagi anak-anak yang orang tua mereka memiliki profesi rendah itu menjadi sukses.
Salah satu figur tersebut adalah Micheál Martin, ia adalah Taoiseach (Perdana Menteri/PM) Republik Irlandia periode 2020-2021. Ayahnya bukanlah seorang politikus hebat layaknya Martin, yang memiliki karier mentereng di negara yang terletak di Eropa bagian barat itu, dengan menududuki sejumlah jabatan menteri hingga berhasil menjadi Perdana Menteri. Ayahnya yang bernama Paddy hanyalah seorang sopir bus, yang dahulunya juga adalah seorang petinju di era 1940-an-1950-an.
Martin berbeda dengan Najib Razak Perdana Menteri Malaysia periode 2009-2018, ayahnya Abdul Razak adalah Perdana Menteri Malaysia periode 1970-1976. Begitu pula komparasainya dengan Justin Trudeau Perdana Menteri Canada periode 2015-sekarang, bapaknya Pierre Trudeau adalah Perdana Menteri Canada periode 1968-1979. Serta berbeda pula dengan Benazir Bhutto Perdana Menteri Pakistan periode 1993-1996, ayahnya Zulfikar Ali Bhutto merupakan Perdana Menteri Pakistan periode 1973-1977.
Ia juga berbeda dengan Shinzō Abe Perdana Menteri Jepang periode 2012-2020, bapaknya Shintaro Abe adalah Perdana Menteri Jepang periode 1982-1986. Dan masih banyak lagi kepala negara/kepala pemerintan di kawasan Asia, Eropa, Afrika dan Amerika yang memiliki latarbelakng orang tua mereka adalah seorang publik figur, yang juga pernah menduduki jabatan kepala negara/kepala pemerintan di negara mereka masing-masing. (Wikipedia, 2024).
Meskipun ayahnya seorang pekerja kelas bawah, tak membuat Martin berkecil hati. Martin menempuh pendidikan di Coláiste Chríost Rí di Turners Cross dan Scoil Chríost Rí di Portlaoise sebelum diterima sebagai mahasiswa di University College Cork (UCC). Di sana ia belajar sejarah dan bahasa Irlandia, mendapatkan gelar sarjana. Ia kemudian dianugerahi gelar master dalam sejarah politik dan diploma tinggi di bidang pendidikan (H.Dip.Ed.).
Ia selanjutnya menjalani tugas sebagai guru sekolah menengah, namun tak lama ia menjalani profesi sebagai seorang guru. Rupanya Martin tidak hanya pandai menyampaikan mata pelajaran di hadapan kelas kepada para siswa-siswi saja, tatkala ia masih berprofesi sebagai guru. Akan tetapi, mantan guru sekolah menengah tersebut, juga cerdas dalam menyampaikan visi dan misinya dihadapan para konstituen saat berlangsungnya Pemilihan Umum (Pemilu) di negaranya Irlandia.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi