Musik

Direktur Ambon Music Office Jadi Panelis di Seminar Internasional G-CINC Expert Series Bertema Resilient Ecosystem Stronger Crescendo

HARI MUSIK INTERNASIONAL

potremaluku.id – Menyambut momentum Tahun Internasional Ekonomi Kreatif untuk Pembangunan Berkelanjutan tahun 2021, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerjasama dengan Global Center of Excellence and International Cooperation for Creative Economy (G-CINC) dan Kedutaan Besar RI di Havana, akan menggelar Webinar G-CINC Expert Series dengan tema “Resilient Ecosystem, Stronger Crescendo”.

Webinar G-CINC Expert Series yang akan dilaksanakan secara hibrid dari Ambon City of Music melalui webinar pada tanggal 21 Juni 2021 ini, ikut menghadirkan Direktur Ambon Music Office Ronny Loppies sebagai salah satu panelis. Ada juga Deputi Bidang Sumberdaya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Duta Besar Indonesia untuk Kuba Nana Yuliana Ph.D.

Kepada potretmaluku.id, Kamis (17/6/2021), Ronny yang juga adalah Focal Point of Ambon UNESCO City of Music ini, menuturkan bahwa ada 2 sesi yang dilaksanakan pada webinar tersebut.

“Sesi pertama akan membicarakan ‘Pengembangan industri musik melalui dijitalisasi’ dengan pembicara, antara lain Yonathan Nugroho (trinity), Irfan Aulia (massive music), Bayu Rindu (Music Blast), Yovie Widianto, Roberto Carcasse dan Bobby Carcasse (Musisi Jazz Kuba), serta Ronny Loppies (Direktur AMO/Focal Point of Ambon UNESCO City of Music),” terangnya.

Sementara pada sesi kedua dengan tema “Berbagi pengalaman dalam bisnis musik dijitalisasi”, kata Ronny, akan menghadirkan pembicara Ifa Fachir (produksi musik), Ganjar Santosa (lisensi musik), Anita Tursia (distribusi musik), David Karto (branding dan promosi musik) dan David Tarigan (pengarsipan musik).

“Kegiatan internasional ini dilaksanakan bertepatan juga dengan Hari Musik Internasional, yang jatuh pada tanggal 21 Juni 2021,” ungkapnya.

Tujuan kegiatan ini sendiri, lanjut Ronny, untuk berbagi pengalaman bagaimana menyusun strategi pengembangan industri musik, dan peran pemerintah dalam berbagai kebijakan dalam bentuk regulasi. Termasuk menyusun strategi dalam pengembangan bisnis musik bagi para musisi, dan mengetahui peranan kota kreatif dalam pengembangan industri musik.

“Selain itu pembentukan, G-CINC berupaya untuk mengarusutamakan isu-isu penting dari erbagai sektor ekonomi kreatif dan berbagi pengalaman dengan jejaring internasional pada sektor ekonomi kreatif,” katanya.

Menurut Ronny, data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, memaparkan, kontribusi ekonomi kreatif secara nasional tertinggi dimiliki oleh subsektor kuliner sebesar 41 persen, fesyen berkontribusi sebesar 17 persen dan kriya sebesar 14,9 persen. Tiga subsektor ini juga memiliki nilai ekspor terbesar yakni fesyen US$11,9 miliar, kriya US$6,4 miliar, dan kuliner US$1,3 miliar.

“Terdapat 4 sub-sektor yang mengikutinya adalah komunikasi visual, musik, animasi/video serta arsitektur. Dari data pertumbuhan 2016 dan terealisasi di tahun 2017, menunjukkan bahwa industri musik menyumbang 0,47% ke pendapatan ekonomi kreatif,” terangnya.

Kontribusinya sekitar Rp 5 triliun sampai Rp 6 triliun untuk PDB nasional, tambah Ronny, sumbangsih dari sub-sektor musik masih sangat kecil dan belum berdampak pada ekonomi nasional. Untuk negara-negara ASEAN, philipina memiliki GDP nasional sebesar 7,34 persen disumbangkan dari industri kreatif dimana mampu menyerap tenaga kerja sebesar 14,4 persen sejak tahun 2014.

Untuk itu, menurut Ronny, sudah saatnya berbagai upaya segera dilakukan di Kota Ambon untuk menjadikan Ambon pintu masuknya pengembangan industri kreatif yang berdampak pada masyarakat sesuai tujuan penetapan Ambon UNESCO City of Music untuk meningkatkan PDRB kota dari sektor kreatif dengan menggerakan pelaku ekonomi kreatif.

Hasil evaluasi berdasarkan inovasi pelayanan publik, disebut Ronny, menunjukan peningkatan yang cukup signifikan pada industri kreatif musik lokal Ambon dibandingkan dengan inovasi sebelumnya di tahun 2019. Inovasi mengungkit jumlah pelaku ekraf musik sebesar 47,8% yang berdampak pada peningkatan 96,36% pelaku ekraf non-musik (2019-2021). Untuk pelaku usaha ekraf musik dalam bentuk kelompok di masa pandemik covid-19 relatif konstan. Sedangkan pelaku ekraf musik yang menggunakan media dijital mendekati 50%.

“Salah satu cara yang sementara dilakukan adalah upaya melibatkan pelaku ekraf musik dan non-musik di 10 daya tarik wisata musik; merekrut musisi sebagai tenaga pengajar musik berstatus tenaga honor di 5 SD dan 5 SMP; memfasilitasi musisi pada virtual event nasional maupun internasional,” pungkasnya.(PM-05)

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button